Minggu, 15 Maret 2015

cermin sakura episode 6




                                                                       

            Istirahat pertama telah selesai. Nana berjalan sendiri dikoridor sekolahnya. Seperti biasa, Nana berjalan dengan pandangan lurus kedepan dengan tatapan sedingin es. Bibirnya pun terus mengatup tanpa senyum sedikitpun. Rambutnya selalu lurus sepunggung tanpa ada jepitan yang menempel dirambutnya. Begitupun dengan poninya yang selalu hampir menutupi matanya tanpa pernah dijepit keatas. Nanapun sampai dikelasnya dan segera duduk di tempat duduknya. Seperti biasa, Nana langsung membuka buku setelah sampai kelas. Guru Fisika pun masuk dan menyuruh semua siswa untuk segera memasukkan bukunya. Semua pun tampak terkejut dengan ulangan yang tiba-tiba itu. Kecuali hanya Nana yang terlihat biasa saja. Semua siswa pun protes dengan ulangan yang begitu mendadak itu. Namun guru itu menolak protes teman-teman Nana. Tampaknya teman-teman Nana lupa jika hari ini akan aa ulangan.
“Saya kan sudah bilang minggu kemarin, jika hari ini adalah ulangan. Sekarang siapkan kertas ulangan kalian.” Kata guru fisika itu. Semua murid pun tampak ingin protes. Tapi guru fisika itu mengatakan ulangan akan egera dimulai. Ulangan fisika pun dimulai. Semua murid kelas 11 A tampak bingung dengan soal ulangan yang diujikan. Ada yang mencoba membuka buku, ada yang mencoba bertanya pada temannya, ada juga yang berdiskusi bersama. Kecuali Nana yang tampak lancar mengerjakan ulangan itu. Murid yang ada disebelah Nana pun berusaha melihat jawaban Nana, namun karena jaraknya terlalu jauh, maka jawabannya pun tak terlihat.
Waktupun habis. Guru itu segera memerintahkan semua murid untuk mengumpulkan lembar jawabnya dimasing-masing bangku paling depan. Setelah itu jawaban ditukar dengan teman yang lain untuk dikoreksi. Guru itu lalu menuliskan jawaban dari ulangan tadi di papan tulis. Semua siswa tampak sibuk mengoreksi. Setelah selesai, lembar jawaban itu di berikan kepada guru. Semua muridpun tampak tegang dengan hasil mereka yang akan segera dibacakan. Perlahan guru itu membacakan hasil ulangan. Semua murid kelas itu mendapatkan nilai dibawah 50, yang mengharuskan mengikuti remidi. Kecuali hanya Nana yang tidak remidi dengan mendapatkan nilai yang sempurna yaitu 100. Nana yang mendapat nilai sempurna itu hanya diam saja. Namun ekspresinya tampak berbeda dari biasanya yang tampak senang. Semua temannya pun langsung melihat Nana dengan tatapan tidak suka. Nana yang terus menatap kedepan tidak menyadari tatapan-tatapan tidak suka temannya. Jikapun Nana tahu, dia pasti akan diam saja dan tidak peduli.
Setelah guru itu pergi, semua temannnya tampak berbicara yang aneh-aneh tentang Nana. Ada yang mengatakan Nana penghianat, tidak setia kawan, egois, dan sombong. Semua kata-kata itu jelas terdengar ditelinga Nana. Nana hanya diam saja mendapat kata-kata seperti itu.
Bahkan kata-kata tajam seperti itu, sudah kebal dalam hatiku. Hatiku sama sekali tidak merasa sakit dengan kata-kata itu. Kata-kata itu sudah menjadi makananku setiap hari. Entah itu itu disekolah atau dipanti, kata-kata seperti itu sudah terbiasa terlontar kepadaku. Jadi hatiku sama sekali tidak merasa sakit sedikitpun.” Batin Nana.
Bel pun berbunyi, istirahat telah tiba. Nana segera memasukkan bukunya dalam tas. Semua teman sekelasnya berhamburan keluar. Nana pun melangkahkan kaki keluar dari kelasnya. Disamping pintu terlihat teman-temannya sedang berkumpul. Tiba-tiba teman-temannya itu melemparkan kertas kerah Nana. Bukan hanya tiga atau empat, melainkan tiga puluhan teman-temannya melempari Nana dengan gumpalan kertas bekas. Nana yang dilempari kertas itu terus melangkahkan kakinya tanpa berkata sepatah katapun. Pandangannya terus lurus kedepan seolah dia kuat dan baik-baik saja. Bukan hanya gumpalan kertas yang Nana terima, termasuk juga kata-kata pedas yang diterimanya. Anak-anak dari kelas lain pun juga melihat Nana yang terus dilempari kertas dan kata-kata tajam. Herry yang ikut melempar kertas berdiri didepan Nana yang menghalangi langkah kaki Nana. Nana pun menatap tajam Herry yang ada didepannya. langkah kaki Nana yang akan lewat kiri atau kanan selalu dihalangi dengan tubuhnya. Nana yang sudah terlalu kesal langsung bersuara.
“Minggir..” kata Nana pelan dengan tatapan setajam pisau. Herry pun tersenyum mendengar suara Nana yang jarang dikeluarkannya.
“Baiklah, silahkan lewat tuan putri?” kata Herry mempersilahkan Nana untuk lewat. Semua teman-teman sekelasnya tertawa mendengar Nana yang dipanggil tuan putri.
“Tuan putri apanya? Tuan nenek lampir ma iya. Hahaha…” kata Risa yang langsung dibenarkan oleh teman-temannya yang lain.
Nana yang ditertawakan mendengar semua itu dan terus berjalan. Nana pun tetap berjalan dengan pandangan kosong. Hingga akhirnya dia menabrak seseorang. Nana menabrak laki-laki saat itu. Laki-laki yang juga telat bersama Nana dulu, laki-laki yang dilihat Nana sekilas saat ditaman dan laki-laki yang masuk dikelas sebelah Nana. Nana yang hampir terjatuh langsung dipegang oleh laki-laki itu agar tidak jatuh. Nanapun tampak kikuk karena lengan tangannya yang dipegang oleh laki-laki itu. Nanapun segera menarik tangannya. Nanapun langsung pergi tanpa mengucapakan maaf atau terima kasih. Dia langsung melanjutkan langkahnya meninggalkan laki-laki itu yang masih menatap kepergiannya.
“Aneh. Tidak mengucapkan maaf atau terima kasih.” Gerutu laki-laki itu pelan. Setelah mengatakan itu, laki-laki itu mengangkat bahunya seolah mengatakan “entahlah”. Kemudian laki-laki itu melanjutkan langkahnya kembali. namun beberapa saat kemudian, dia memutar arahnya.
***
Nana sedang berjalan menuju kekamar mandi. Dari jauh terlihat Agni CS tengah berdiri didepan kamar mereka. Agni tampak tersenyum sinis kearah Nana. Begitu pun kedua temannya yang juga ikut tersenyum sinis. Shiren lalu membisikkan sesuatu ketelinga Agni. Karin yang berada disana juga ikut mendekatkan telinganya didekat telinga Agni. Nanapun hanya melihat mereka dengan tidak peduli. Tiba-tiba Agni mengulurkan kakinya yang membuat Nana terjatuh. Nana langsung berdiri tanpa mengatakan sepatah katapun. Dia langsung menatap tajam Agni CS.
“Apa yang kau lihat, mau aku tusuk matamu yang melotot itu!” kata Agni melihat Nana dengan tersenyum. Tidak ingin menimbulkan masalah yang besar, Nana segera berjalan meninggalkan Agni CS. Terdengar Agni CS yang tetawa senang.
Dari awal,mereka memang tidak menyukaiku. Dan Agni tidak menyukaiku semenjak Ahsin datang menemuiku pada bulan kedua aku tinggal disini. Dan bukan dirinya yang Ahsin temui, melainkan aku. Sampai sekarang dia masih sangat tidak menyukaiku. Begitupun aku yang tidak menyukainya karena masalah yang selalu dia timbulkan terhadapku.” Suara Nana terdengar.
Flash back
    Lingkaran hitam dikalender kamar Nana telah bersatu. Hari ini adalah hari yang sangat ditunggu oleh Nana. Penantiannya akan terbayar sudah. Dengan senyuman kecil diwajahnya, dia mulai berjalan keluar dari kamarnya. Dia berjalan dan terus berjalan meninggalkan panti dan menuju ke kursi yang biasa dia duduki yang berada ditepi lapangan kecil depan panti. Dia lalu memandang langit lepas dan menutup matanya. Mungkin ini telah menjadi kebiasaannya yang ia peroleh dari Ahsin. Mobil keluarga Ahsinpun telah sampai dihalaman panti. Nana tidak menyadarinya sambil terus memejamkan matanya menghadap kelangit. Atau mungkin dia telah terlelap.
Begitu mobil berhenti, Ahsin langsung turun dari mobil. Matanya seperti mencari sosok yang begitu ingin dia temui. Diapun berjalan diantara anak-anak panti yang menyambutnya. Namun sosok yang dicarinya tidak terlihat disana. Dia lalu menghampiri Dika yang tidak jauh dari sana.
“Dika, Nana dimana ya?” Tanya Ahsin.
“Nana? Hemm… aku tidak melihatnya disini. Mungkin ditempat lain.” Jawab Dika berpikir.
“Ok, terimakasih.” Sepertinya Ahsin sudah tahu dimana Nana berada karena dia sedang memandang lapangan sekarang. Dia tersenyum dan berlari menuju lapangan. Ahsin menatap Nana yang masih terpejam matanya menghadap langit. Senyumnya lagi-lagi merekah kembali.
“Ah.. kau terlaku suka meniru Na.” kata Ahsin pelan menatap Nana. Dia lalu duduk diamping Nana. Seperti Nana, dia menatap langit dan memejamkan matanya. Sudah terlalu lama mereka berdua memejamkan mata menghadap kelangit. Ahsin pun bangun dan menatap Nana yang masih terlelap. Ahsin terus menatap Nana yang masih terlelap. Beberapa menit kemudian, Nana terbangun dan terkejut mendapati Ahsin yang sedang menatapnya. Diapun jadi salah tingkah dan menutup matanya kembali.
“Hei, bangun! Sudah berapa lama kau telah tertidur!” teriak Ahsin ditelinga Nana. Sebelah mata Nana mengintip.
“Ayolah… aku tahu kau sudah bagun.” Kata Ahsin lagi. Karena sudah ketahuan, akhirnya Nana membuka kedua matanya.
“Kau.. kenapa tidak menyambutku seperti yang lain?” protes Ahsin.
“Kenapa aku harus menyambutmu?” jawab Nana cuek.
“Apakah kau tidak merindukanku?”
“Kenapa juga aku harus merindukanmu?”
“Berhenti! Kenapa kau membalas pertanyaanku dengan pertanyaan pula? Aku butuh jawaban. Bukan pertanyaan.” Protes Ahsin lagi dengan rasa kesal diwajahnya.
“Baiklah. Jawab saja sendiri.” Jawab Nana.
“Ok. Lupakan semua yang tadi.” Kata Ahsin mengalah sambil menghela napas. Lalu berkata kembali.
“Bagaimana kabarmu Na?
“Baik.” Jawab Nana singkat.
“Kau tidak balik bertanya kabarku? Protes Ahsin lagi
“Untuk apa? Disini kau sudah terlihat baik-baik saja. Jadi tidak perlu ditanyakan.” Jawab Nana cuek.
“Ah benar juga ya.” Kata Ahsin dengan senyum kekalahan. Suasana pun hening, karena Ahsin sudah tidak punya lagi sesuatu untuk dibahas. Demikian Nana yang cenderung diam dan tidak banyak bicara. Kebisuan ini terus berlanjut hingga beberapa waktu berlalu. Ahsin akhirnya membuka mulut untuk menghindari kebisuan ini.
“Eh Na, kenapa kau tadi tidur disini dan juga apakah kau meniru gayaku?”
“Haruskah aku menjawabnya?” Tanya Nana lagi.
“Baiklah. Tidak usah dijawab.” Kata Ahsin .
“Iya. Aku menirumu.” Jawab Nana mengaku.
“Apa yang kau rasakan dengan itu?” Tanya Ahsin penasaran.
Nana memandang langit dan berkata “Aku merasakan kedamaian.” Ahsinpun tersenyum mendengar jawaban Nana.
“Sama. Aku juga merasakan kedamaian.” Ahsin melihat langit kembali.
                                                                        ***
Didepan panti asuhan tampak kerumunan anak-anak panti yang mengantri untuk menapatkan santunan. Keluarga Ahsin memang cukup kaya, sehingga cukup untuk memberikan santunan bagi anak-anak panti. Ayahnya adalah seorang CEO sebuah Mall dan hotel yang sudah mempunyai cabang dikota-kota lain. Namun keluarga ini sugguh tidak sombong dan bisa berbagi untuk sesama.
Agni CS terlihat bingung dihalaman panti. Mereka kesana-sini menghampiri anak –anak panti lainnya. Tampaknya mereka sedang mencari seseorang. Agni lalu menghampiri Dika yang berada dipinggir halaman panti.
“Dik, lihat Ahsin tidak?”
“Ahsin? Aku tidak melihatnya sejak tadi.” Jawab Dika.
Agni lalu menghela napas panjang. “Kemana dia? Dimana-mana tidak ada.” Gerutu Agni pelan.
“Oh… tadi aku melihatnya saat dia baru sampai disini.”
“Lalu?” Tanya Agni penasaran.
“Dia mencari Nana. Tapi sekarang aku tidak tahu.” Jawab Dika lagi.
“Nana? Untuk apa dia mencari Nana?” batin Agni. “ Ahh.. begitu.” Kata Agni.
Dari kejauhan tampak Ahsin dan Nana berjalan menuju halaman panti. Mereka saling tertawa dan bercanda. Shiren kemudian berlari menghampiri Agni yang masih bersama Dika.
“Ni, itu Ahsin.” Senggol Shiren dan menunjuk arah Ahsin berada.
“Nana? Dia bersama Nana?” kata Shiren lagi. Seketika raut wajah Agni berubah sebal.
“Tidak mungkin.” Kata Agni kemudian berlari menghampiri Ahsin dan Nana. Dia langsung berdiri diantara Ahsin dan Nana. Otomatis Nana tergeser oleh Agni. Nana pun bergeser menjauh beberapa langkah.
“Ahsin, darimana saja kau, aku lelah mencarimu.” Kata Agni terus terang pada Ahsin.
“Hehe.. maaf. Ada apa?” jawab Ahsin tertawa.
“Kau kemarin kan berjanji untuk mengajariku memukul bola kasti.” Protes Agni.
“Ok, baiklah. Tapi Nana..” jawab Ahsin yang langsung dipotong oleh Agni. “Tidak apa-apa kok. Iya kan Na?”
Nana hanya mengangguk tak mengatakan apa-apa. Tanpa membuang waktu lagi, Agni menarik Ahsin menuju kelapangan. Nana hanya melihat mereka yang meninggalkannya sendiri. Ahsin sekilas melihat Nana yang berjalan masuk kedalam panti asuhan.
***
Flash back and

lyric dan terjemahan indonesia love oh love-Davichi



Lyric dan terjemahan indonesia

Love Oh Love
By: Davichi

오오오오오오 오오오오오오 오오오오오오오오
oooooo oooooo oooooooo
oooooo oooooo oooooooo
걸었어 그냥 걸었어 생각이 걸었어
Georeosseo geunyang georeosseo ni saenggagi na tto georeosseo
Aku berjalan, aku hanya berjalan, aku berjalan karena mimikirkanmu
길잃은 어린아이처럼 갈곳을 몰라 눈물이
Girirheun eorinaicheoreom galgoseul molla nunmuri na oh
Seperti anak hilang yang tidak tahu ke mana harus pergi, saya hanya menangis ..
너와 내가 닮아간 기억
neowa naega darmagan gieok
Kenangan kami bersama satu sama lain
너와 내가 아팠던 기억 모두 소중해
neowa naega apatdeon gieok modu sojunghae
Memori sakit kami berdua , semua itu kenangan berharga

주르르르륵 주르르르륵
jureureureureuk jureureureureuk
menetes, menetes
눈물이 흘러 기억이 흘러 아직 너를 사랑하나봐
nunmuri heulleo gieogi heulleo ajik neoreul saranghanabwa
Air mataku mengalir, kenangan yang mengalir ..Aku masih mencintaimu

Reef:
가지마 사랑 사랑 사랑 아아아아
Kajima sarang sarang sarang aaaa
Jangan pergi cinta cinta cinta ku
제발 제발 가지마 아아아아
jebal jebal Kajima aaaa
Tolong jangan pergi
눈물투성이 상처투성이 가슴은 어떻해
nunmultuseongi sangcheotuseongi nae gaseumeun eotteohhae
Bagaimana saya bisa menangani hatiku yang penuh dengan air mata dan sakit hati
아파 아파 아파 가지마 사랑아
apa apa apa kajima saranga
Itu sakit, saki, sakit jangan pergi cintaku

오오오오오오 오오오오오오 떠나 떠나 가지마
oooooo oooooo nal tteona tteona kajima
Oh oh oh oh oh oh. Oh oh oh oh oh oh jangan tinggalkan aku
오오오오오오 오오오오오오 떠나 떠나 가지마
oooooo oooooo nal tteona tteona kajima
Oh oh oh oh oh oh. Oh oh oh oh oh oh jangan tinggalkan aku


비오는 우울한 날에는 니가 생각나 눈물이
bioneun uulhan nareneun niga saenggangna nunmuri na
saat hari hujan dan suram aku menangis karena memikirkanmu
너와 내가 웃었던 기억
neowa naega useotdeon gieok
kenangan saat kita tertawa bersama
너와 내가 다퉜던 기억 모두 소중해
neowa naega datwotdeon gieok modu sojunghae
Kenangan saat kita berdebat satu sama lain, semua kenangan berharga lainnya


주르르르륵 주르르르륵
jureureureureuk jureureureureuk
menetes, menetes
눈물이 흘러 기억이 흘러 아직 너를 사랑하나봐
nunmuri heulleo gieogi heulleo ajik neoreul saranghanabwa
Air mataku mengalir, kenangan yang mengalir ..Aku masih mencintaimu

reff
가지마 사랑 사랑 사랑 아아아아
Kajima sarang sarang sarang aaaa
Jangan pergi cinta cinta cinta ku
제발 제발 가지마 아아아아
jebal jebal Kajima aaaa
Tolong jangan pergi
눈물투성이 상처투성이 가슴은 어떻해
nunmultuseongi sangcheotuseongi nae gaseumeun eotteohhae
Bagaimana saya bisa menangani hatiku yang penuh dengan air mata dan sakit hati
아파 아파 아파 가지마 사랑아
apa apa apa kajima saranga
Itu sakit, saki, sakit jangan pergi cintaku

소리쳐 소리쳐 불러도 아무리 이름 불러도
sorichyeo sorichyeo bulleodo amuri ni ireum bulleodo
meski aku meneriakkan namamu, meski aku selalu memanggil namamu
대답없는 혼자 남겨진 어떻해
daedabeomneun neo honja namgyeojin nan nan eotteohhae
kamu selalu tidak pernah menjawab ku .. bagaimana aku bisa mengatasi jika aku sendiri ?

reff
가지마 사랑 사랑 사랑 아아아아
Kajima sarang sarang sarang aaaa
Jangan pergi cinta cinta cinta ku
제발 제발 가지마 아아아아
jebal jebal Kajima aaaa
Tolong jangan pergi
눈물투성이 상처투성이 가슴은 어떻해
nunmultuseongi sangcheotuseongi nae gaseumeun eotteohhae
Bagaimana saya bisa menangani hatiku yang penuh dengan air mata dan sakit hati
아파 아파 아파 가지마 사랑아
apa apa apa kajima saranga
Itu sakit, saki, sakit jangan pergi cintaku

lyric hangul &sub english by davichi lyrics